Sistem Kepercayan Zaman Manusia Praaksara|Macam-macam Kepercayaan Zaman Prasejarah|Purba |Sistem Kepercayaan awal masyarakat indonesia adalah Kepercayaan  Animisme,Dinamisme,Roh nenek moyang,Monoisme,sistem kepercayaan yang  dianut awal masyarakat indonesia atau pada zaman prasejarah merupakan  kepercayaan-kepercayaan yang tidak terjadi begitu saja, kepercayaan  zaman prasejarah atau awal masyarakat indonesia terjadi dengan adanya  tanda-tanda dan padangan-pandangan yang mulai berkembang tentang  kepercayaan-kepercayan sehingga muncullah kepercayaan-kepercyaan seperti  Kepercayaan bersifat Animisme, Kepercayaan Bersifat Dinamisme,  Kepercyaan Kepada Roh Nenek moyang, Kepercayaan Bersifat Monoisme, hal  ini kemudian kepercayaan-kepercayaan tersebut masih ada sampai sekarang.  Untuk mengetahui lebih jelasnya tentangMacam-macam Kepercayaan pada zaman prasejarah atau Sistem Kepercayaan awal Masyarakat Indonesia, lihat pembahasan dibawah ini...
Sistem Kepercayaan Manusia Zaman Prasejarah atau awal Masyarakat Indonesia
1. Kepercayaan Terhadap Roh Nenek Moyang
Perkembangan sistem kepercayaan pada masyarakat Indonesia berawal dari  kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Masyarakat pada  masa berburu dan mengumpulkan makanan, selalu hidup berpindah-pindah  untuk mencari tempat tinggal yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.  Namun, dalam perkembangannya, mereka mulai berdiam lama/tinggal pada  suatu tempat, biasanya pada goa-goa, baik ditepi pantai maupun pada  daerah pedalaman. Pada goa-goa itu ditemukan sisa-sisa budaya mereka,  berupa alat-alat kehidupan. Kadang-kadang juga ditemukan tulang belulang  manusia yang telah dikuburkan di dalam goa-goa tersebut. Dan hasil  penemuan itu dapat diketahui bahwa pada masa itu orang sudah mempunyai  pandangan tertentu mengenai kematian. Orang sudah mengenal penghormatan  terhadap orang yang sudah meninggal.
Orang mulai memiliki suatu pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah  orang itu meninggal. Orang yang meninggal dianggap pergi ke suatu tempat  yang lebih baik. Orang yang sudah meninggal masih dapat dihubungi oleh  orang yang masih hidup di dunia ini dan begitu pula sebaliknya. Bahkan  apabila orang yang meninggal tersebut merupakan orang yang berpengaruh  maka diusahakan agar selalu ada hubungan untuk dimintai nasehat atau  perlindungan, bila ada kesulitan dalam kehidupan di dunia. Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang terus berkembang dan zaman ke zaman dan secara umum dilakukan oleh setiap masyarakat di dunia.
Orang mulai berpikir bahwa orang yang meninggal berbeda dengan orang  yang masih hidup. Pada orang yang meninggal ada sesuatu yang pergi,  sesuatu itulah yang kemudian disebut dengan roh. Penguburan kerangka  manusia di dalam goa-goa merupakan wujud penghormatan kepada orang yang  meninggal, penghormatan kepada orang yang telah pergi atau penghormatan  kepada roh.
Berdasarkan hasil peninggalan budaya sejak masa bercocok tanam berupa bangunan-bangunan megalitikum dengan fungsinya sebagai  tempat-tempat pemujaan atau penghormatan kepada roh nenek moyang, maka  diketahui bahwa masyarakat pada masa itu sudah menghormati orang yang  sudah meninggal. Di samping itu, ditemukan pula bekal kubur. Pemberian  bekal kubur itu dimaksudkan sebagai bekal untuk menuju ke alam lain.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebelum masuknya pengaruh  Hindu-Budha, masyarakat Indonesia telah memberikan penghormatan dan  pemujaan kepada roh nenek-moyang.
2. Kepercayaan Bersifat Animisme
Setelah kepercayaan masyarakat terhadap roh nenek moyang berkembang, kemudian muncul kepercayaan yang bersifat animisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa.
Awal munculnya kepercayaan yang bersifat animisme ini didasari  oleh berbagai pengalaman dan masyarakat yang bersangkutan. Misalnya,  pada daerah di sekitar tempat tinggalnya terdapat sebuah batu besar.  Masyarakatyang melewati batu besar itu baik siang maupun malam  mendengarkeganjilan-keganjilan seperti suara minta tolong,  memanggil-manggil namanya, dan lain sebagainya. Tetapi begitu dilihat,  mereka tidak menemukan adanya orang yang dimaksudkan. Peristiwa ini  kemudian terus berkembang, hingga masyarakat menjadi percaya bahwa batu  yang dimaksudkan itu mempunyai roh atau jiwa.
Di samping itu, muncul suatu kepercayaan di tengah-tengah masyarakat  terhadap benda-benda pusaka yang dipandang memiliki roh atau jiwa.  Misalnya sebilah keris, tombak atau benda-benda pusaka lainnya.  Masyarakat banyak yang percaya bahwa sebilah keris pusaka memiliki roh  atau jiwa, sehingga benda-benda seperti itu dianggap dapat memberi  petunjuk tentang berbagai hal yang berkembang dalam masyarakat. Kepercayaan seperti  ini masih terus berkembang dalam kehidupan masyarakat hingga sekarang  ini. Bahkan bukan hanya pada daerah-daerah pedesaan, melainkan juga  berkembang dan dipercaya oleh masyarakat diberbagai kota.
Selain benda-benda tersebut di atas, terdapat banyak hal yang dipercaya  oleh masyarakat yang dipandang memiliki roh atau jiwa, antara lain bangunan gedung tua, bangunan candi, pohon besar dan lain sebagainya.
3 Kepercayaan Bersifat Dinamisme
Kepercayaan dinamisme mengalami perkembangan yang tidak jauh berbeda dengan kepercayaan animisme. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan  bahwa setiap banda memiliki kekuatan gaib. Sejak berkembangnya  kepercayaan terhadap roh nenek moyang pada masa kehidupan masyarakat  bercocok tanam, maka berkembang pula kepercayaan yang bersifatdinamisme.  Perkembangan kepercayaan dinamisme ini, juga didasari oleh suatu  pengalaman dan masyarakat bersangkutan. Pengalaman-pengalaman itu terus  berkembang secara turun temurun dan generasi ke generasi hingga sekarang  mi. Misalnya, sebuah batu cincin dipandang mempunyai kekuatan untuk  melemahkan lawan. Sehingga apabila batu cincin itu dipakai, maka  lawan-lawannya tidak akan sanggup menghadapinya.
Selain itu terdapat pula benda pusaka seperti keris atau tombak yang  dipandang memiliki kekuatan gaib untuk memohon turunnya hujan, apabila  keris itu ditancapkan dengan ujungnya menghadap ke atas akan dapat  menurunkan hujan. Kepercayaan seperti ini mengalami perkembangan, dan  bahkan hingga sekarang ini masih tetap dipercaya oleh sebagian  masyarakat.
4 Kepercayaan Bersifat Monoisme
Kepercayaan monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha  Esa. Kepercayaan ini muncul berdasarkan pengalaman-pengalaman dan  masyarakat. Melalui pengalaman itu, pola pikir manusia berkembang.  Manusia mulai berpikir terhadap apa-apa yang dialaminya, kemudian  mempertanyakan siapakah yang menghidupkan dan mematikan manusia???..,  siapakah yang menghidupkan tumbuh-tumbuhan??.., siapakah yang  menciptakan binatang-binatang??.., bulan dan matahari??..  Pertanyaan-pertanyaan seperti ini terus dipikirkan oleh manusia,  sehingga muncul suatu kesimpulan bahwa, di luar dirinya ada suatu  kekuatan yang maha besar dan yang tidak tertandingi oleh kekuatan  manusia. Kekuatan itu adalahkekuatan dan Tuhan Yang Maha Esa.

0 komentar :
Posting Komentar