Munir Said Thalib (lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 –  meninggal di Jakarta jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 38  tahun) adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM  Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga  Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial.
Saat menjabat Koordinator Kontras namanya melambung sebagai seorang  pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu  dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari  Kopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan  pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota  tim Mawar.
Jenazah Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum, Kota Batu.
Istri Munir, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar mengungkap kasus pembunuhan ini.
Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin  melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama  Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir bolak balik  ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi  Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang  kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya. Penerbangan  menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7  September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di bandara Schipol  Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia.
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda  (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum  setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum  diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga  bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya.
Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14  tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan  bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh  arsenik di makanan Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik  pemerintah tersebut. Hakim Cicut Sutiarso menyatakan bahwa sebelum  pembunuhan Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah  telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi tidak  menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden Susilo juga membentuk tim  investigasi independen, namun hasil penyelidikan tim tersebut tidak  pernah diterbitkan ke publik.
Pada 19 Juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Pr, yang kebetulan juga orang  dekat Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, ditangkap  dengan dugaan kuat bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir. Beragam bukti  kuat dan kesaksian mengarah padanya.Namun demikian, pada 31 Desember  2008, Muchdi divonis bebas. Vonis ini sangat kontroversial dan kasus ini  tengah ditinjau ulang, serta 3 hakim yang memvonisnya bebas kini tengah  diperiksa
- 
                              Blogger Comment
                            
 
- 
                              Facebook Comment
                            
 
Langganan:
Posting Komentar
                            (
                            Atom
                            )
                          
0 komentar :
Posting Komentar